Minggu, 05 Desember 2010

Letusan Gunung Berapi di jawa tengah

Gunung berapi merupakan lubang kepundan/rekahan pada kerak bumi tempat keluarnya
magma, gas atau cairan lainnya ke permukaan. Bencana gunung meletus disebabkan oleh
aktifnya gunung berapi sehingga menghasilkan erupsi. Bahaya letusan gunung berapi dapat
berpengaruh secara langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder). Bahaya primer letusan
gunung berapi adalah lelehan lava, aliran piroklastik (awan panas), jatuhan piroklastik,
letusan lahar dan gas vulkanik beracun. Bahaya sekunder adalah ancaman yang terjadisetelah atau saat gunung berapi tidak aktif seperti lahar dingin, banjir bandang dan
longsoran material vulkanik.
Di Provinsi Jawa Tengah busur tepi benua Eurasia membentuk Gunung Slamet, Sindoro,
Sumbing, Merapi, Merbabu dan Lawu. Diantara gunung-gunung tersebut terdapat beberapa
yang masih aktif hingga saat ini. Di bagian utara terdapat sisa vulkanisme yang membentuk
Dataran Tinggi Dieng, Gunung Ungaran dan Muria. Diantara bentuk vulkanisme yang
berpotensi menjadi ancaman adalah Merapi, Slamet dan Dieng.
Gunung Merapi adalah salah satu gunung berapi yang masih sangat aktif hingga saat ini.
Sejak tahun 1548, gunung ini telah meletus sebanyak 68 kali. Letusan kecil terjadi tiap 2-3
tahun dan letusan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Dampak letusan Merapi yang
besar terjadi pada tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan tahun 1006
mengakibatkan tertutupnya bagian tengah Pulau Jawa oleh abu. Daerah-daerah yang
berpotensi terkena dampak primer letusan adalah Kecamatan Srumbung, Dukun dan
Sawangan di Kabupaten Magelang, Kecamatan Selo, Cepogo dan Musuk di Kab. Boyolali
serta Kecamatan Kemalang dan Manisrenggo di Kabupaten Klaten.
Gunung Slamet merupakan gunung berapi yang terdapat di bagian barat Jawa Tengah
dengan ketinggian 3.432 meter dan mempunyai empat kawah di puncaknya dimana pada
masa aktifnya sering mengeluarkan abu disertai lontaran kerikil dan batu pijar, dan pada
saat tertentu mengeluarkan lava pijar. Letusannya berlangsung beberapa hari, pada
keadaan luar biasa mencapai beberapa minggu. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten
Banyumas, Banjarnegara, Tegal dan Pemalang.

Deskripsi Wilayah Provinsi Jawa Tengah

Kondisi fisiografi Jawa Tengah ditinjau dari tingkat kemiringan lahannya terdiri dari: 38%
lahan dengan kemiringan 0- 2%, 31% lahan dengan kemiringan 2-15%, 19% lahan dengan
kemiringan 15-40%, dan sisanya 12% lahan dengan kemiringan lebih dari 40%. Kawasan
pantai utara memiliki dataran rendah yang sempit. Daerah Brebes mempunyai dataran
rendah dengan lebar 40 km dari pantai dan terus menyempit hingga Semarang mempunyai
lebar 4 km yang bersambung dengan depresi Semarang-Rembang di bagian timur. Kawasan
pantai selatan merupakan dataran rendah yang sempit dengan lebar 10-25 km, kecuali
sebagian kecil di daerah Kebumen yang merupakan perbukitan. Rangkaian utama
pegunungan di Jawa Tengah adalah Pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan yang
dipisahkan oleh Depresi Serayu yang membentang dari Majenang (Kabupaten Cilacap),
Purwokerto, hingga Wonosobo. Terdapat 6 (enam) gunung berapi aktif di Jawa Tengah,
yaitu: Gunung Merapi (di Magelang), Gunung Slamet (di Pemalang), Gunung Sindoro dan
Gunung Sumbing (di Temanggung-Wonosobo), Gunung Lawu (di Karanganyar) serta
pegunungan Dieng (di Banjarnegara). Menurut Lembaga Penelitian Tanah-Bogor, jenis tanah
di Jawa Tengah didominasi oleh tanah latosol, aluvial, dan grumosol sehingga hamparan
tanah di daerah ini termasuk tanah yang relatif subur. Kondisi hidrologis Jawa Tengah
dibentuk oleh beberapa aliran sungai. Bengawan Solo merupakan salah satu sungai
terpanjang dan merupakan sumber daya air terpenting. Selain itu terdapat sungai yang
bermuara di Laut Jawa diantaranya adalah Kali Pemali, Kali Comal, dan Kali Bodri serta
sungai yang bermuara di Samudera Hindia diantaranya adalah Luk Ulo dan Cintanduy.
Jawa Tengah memiliki iklim tropis, dengan suhu rata-rata adalah 24,8oC–31,8oC dan curah
hujan tahunan rata-rata 2.618 mm. Daerah dengan curah hujan tinggi terutama terdapat di
daerah Kabupaten Kebumen sebesar 3.948 mm/tahun. Daerah dengan curah hujan rendah
dan sering terjadi kekeringan di musim kemarau berada di daerah Blora, Rembang, Sebagian
Grobogan dan sekitarnya serta di bagian selatan Kabupaten Wonogiri.

Kamis, 02 Desember 2010

gunung toba

Pada tahun 1939, geolog Belanda Van Bemmelen melaporkan, Danau Toba, yang panjangnya 100 kilometer dan lebarnya 30 kilometer, dikelilingi oleh batu apung peninggalan dari letusan gunung. Karena itu, Van Bemmelen menyimpulkan, Toba adalah sebuah gunung berapi. Belakangan, beberapa peneliti lain menemukan debu riolit (rhyolite) yang seusia dengan batuan Toba di Malaysia, bahkan juga sejauh 3.000 kilometer ke utara hingga India Tengah.
Beberapa ahli kelautan pun melaporkan telah menemukan jejak-jejak batuan Toba di Samudra Hindia dan Teluk Benggala. Para peneliti awal, Van Bemmelen juga Aldiss dan Ghazali (1984) telah menduga Toba tercipta lewat sebuah letusan mahadahsyat. Namun peneliti lain, Vestappen (1961), Yokoyama dan Hehanusa (1981), serta Nishimura (1984), menduga kaldera itu tercipta lewat beberapa kali letusan. Peneliti lebih baru, Knight dan sejawatnya (1986) serta Chesner dan Rose (1991), memberikan perkiraan lebih detail: kaldera Toba tercipta lewat tiga letusan raksasa.
Penelitian seputar Toba belum berakhir hingga kini. Jadi, masih banyak misteri di balik raksasa yang sedang tidur itu. Salah satu peneliti Toba angkatan terbaru itu adalah Fauzi dari Indonesia, seismolog pada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Sarjana fisika dari Universitas Indonesia lulusan 1985 ini berhasil meraih gelar doktor dari Renssealer Polytechnic Institute, New York, pada 1998, untuk penelitiannya mengenai Toba.
Letak Gunung Toba (kini: Danau Toba), di Indonesia memang rawan bencana. Hal ini terkait dengan posisi Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni Eurasia, Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Sebanyak 80% dari wilayah Indonesia, terletak di lempeng Eurasia, yang meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Banda.
Lempeng benua ini hidup, setiap tahunnya mereka bergeser atau menumbuk lempeng lainnya dengan jarak tertentu. Lempeng Eurasia yang merupakan lempeng benua selalu jadi sasaran. Lempeng Indo-Australia misalnya menumbuk lempeng Eurasia sejauh 7 cm per tahun. Atau Lempeng Pasifik yang bergeser secara relatif terhadap lempeng Eurasia sejauh 11 cm per tahun. Dari pergeseran itu, muncullah rangkaian gunung, termasuk gunung berapi Toba.
Jika ada tumbukan, lempeng lautan yang mengandung lapisan sedimen menyusup di bawahnya lempeng benua. Proses ini lantas dinamakan subduksi atau penyusupan.
Gunung hasil subduksi, salah satunya Gunung Toba. Meski sekarang tak lagi berbentuk gunung, sisa-sisa kedasahyatan letusannya masih tampak hingga saat ini. Danau Toba merupakan kaldera yang terbentuk akibat meletusnya Gunung Toba sekitar tiga kali yang pertama 840 ribu tahun lalu dan yang terakhir 74.000 tahun lalu. Bagian yang terlempar akibat letusan itu mencapai luas 100 km x 30 km persegi. Daerah yang tersisa kemudian membentuk kaldera. Di tengahnya kemudian muncul Pulau Samosir.

Gunung Toba adalah gunung api raksasa yaitu gunung aktif dalam kategori sangat besar, diperkirakan meletus terakhir sekitar 74.000 tahun lalu menyisakan sebuah danau yaitu Danau Toba, Sumatera Utara, Indonesia sebagai kaldera terbesar di dunia.Bukti ilmiahPada tahun 1939, geolog Belanda Van Bemmelen melaporkan, Danau Toba, yang panjangnya 100 kilometer dan lebarnya 30 kilometer, dikelilingi oleh batu apung peninggalan dari letusan gunung. Karena itu, Van Bemmelen menyimpulkan, Toba adalah sebuah gunung berapi. Belakangan, beberapa peneliti lain menemukan debu riolit (rhyolite) yang seusia dengan batuan Toba di Malaysia, bahkan juga sejauh 3.000 kilometer ke utara hingga India Tengah.Beberapa ahli kelautan pun melaporkan telah menemukan jejak-jejak batuan Toba di Samudra Hindia dan Teluk Benggala. Para peneliti awal, Van Bemmelen juga Aldiss dan Ghazali (1984) telah menduga Toba tercipta lewat sebuah letusan mahadahsyat. Namun penelitilain, Vestappen (1961), Yokoyama dan Hehanusa (1981), serta Nishimura (1984), menduga kaldera itu tercipta lewat beberapa kali letusan. Peneliti lebih baru, Knight dan sejawatnya (1986) serta Chesner dan Rose (1991), memberikan perkiraan lebih detail: kaldera Toba tercipta lewat tiga letusan raksasa.Penelitian seputar Toba belum berakhir hingga kini. Jadi, masih banyak misteri di balik raksasa yang sedang tidur itu. Salah satu peneliti Toba angkatan terbaru itu adalah Fauzi dari Indonesia, seismolog pada Badan Meteorologi dan Geofisika. Sarjana fisikadari Universitas Indonesia lulusan 1985 ini berhasil meraih gelar doktor dari Renssealer Polytechnic Institute, New York, pada 1998, untuk penelitiannya mengenai Toba.Berada di tiga lempeng tektonikLetak Gunung Toba (kini: Danau Toba), di Indonesia memang rawan bencana. Hal ini terkait dengan posisi Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni Eurasia, Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Sebanyak 80% dari wilayah Indonesia, terletak di lempeng Eurasia, yang meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Banda.Lempeng benua ini hidup, setiap tahunnya mereka bergeser atau menumbuk lempeng lainnya dengan jarak tertentu. Lempeng Eurasia yang merupakan lempeng benua selalu jadi sasaran. Lempeng Indo-Australia misalnya menumbuk lempeng Eurasia sejauh 7 cm per tahun. Atau Lempeng Pasifik yang bergeser secara relatif terhadap lempeng Eurasia sejauh 11 cm per tahun. Dari pergeseran itu, muncullah rangkaian gunung, termasuk gunung berapi Toba.Jika ada tumbukan, lempeng lautan yang mengandung lapisan sedimen menyusup di bawahnya lempeng benua. Proses ini lantas dinamakan subduksi atau penyusupan.Gunung hasil subduksi, salah satunya Gunung Toba.
Meski sekarang tak lagi berbentuk gunung, sisa-sisa kedasahyatan letusannya masih tampak hingga saat ini. Danau Toba merupakan kaldera yang terbentuk akibat meletusnya Gunung Toba sekitar tiga kali yang pertama 840 juta tahun lalu dan yang terakhir 74.000 tahun lalu. Bagian yang terlempar akibat letusan itu mencapai luas 100 km x 30km persegi. Daerah yang tersisa kemudian membentuk kaldera. Di tengahnya kemudian muncul Pulau Samosir.Letusan Sebelumnya Gunung Toba pernah meletus tiga kali.*.Letusan pertama terjadi sekitar 840 juta tahun lalu. Letusan ini menghasilkan kaldera di selatan Danau Toba, meliputi daerah Prapat dan Porsea.*.Letusan kedua yang memiliki kekuatan lebih kecil, terjadi 500 juta tahun lalu. Letusan ini membentuk kaldera di utara Danau Toba. Tepatnya di daerah antara Silalahi dengan Haranggaol. Dari dua letusan ini, letusan ketigalah yang paling dashyat.*.Letusan ketiga 74.000 tahun lalu menghasilkan kaldera, dan menjadi Danau Toba sekarang dengan Pulau Samosir di tengahnya.Gunung Toba ini tergolong Supervolcano. Hal ini dikarenakan Gunung Toba memiliki kantong magma yang besar yang jika meletus kalderanya besar sekali. Volcano kalderanya ratusan meter, sedangkan Supervolacano itu puluhan kilometer.Yang menarik adalah terjadinya anomali gravitasi di Toba. Menurut hukum gravitasi, antara satu tempat dengan lainnya akan memiliki gaya tarik bumi sama bila mempunyai massa, ketinggian dan kerelatifan yang sama. Jika ada materi yang lain berada di situ dengan massa berbeda, maka gaya tariknya berbeda. Bayangkan gunung meletus. Banyak materi yang keluar, artinya kehilangan massa dangaya tariknya berkurang. Lalu yang terjadi up-lifting (pengangkatan). Inilah yang menyebabkan munculnya Pulau Samosir.Magma yang di bawah itu terus mendesak ke atas, pelan-pelan. Dia sudah tidak punya daya untuk meletus. Gerakan ini berusaha untuk menyesuaikan ke normal gravitasi. Ini terjadi dalam kurun waktu ribuan tahun. Hanya Samosir yang terangkat karena daerah itu yang terlemah. Sementara daerah lainnya merupakan dinding kaldera.Pakar Geologi dari Monash University bernama Profesor Ray Cas mengatakan kalau Gunung Toba masih akan meletus dan letusannya akan maha dashyat. Toba, terakhir kali meletus sekitar 73 ribu tahun silam. Letusannya amat luar biasa sehingga mengubah iklim dunia saat itu.Letusan Gunung Toba, menurut sejarah, merupakan letusan terbesar di dunia selama dua juta tahun terakhir. Gunung itu melontar akan sekitar 3.000 kilometer kubik material perut bumi, termasuk gas vulkanis dan asam sulfur ke langit. Gas dan asam sulfur menyelubungi lapisan stratosfer di atmosfer bumi selama 6 tahunan. Adapun material gunung terlempar sampai ke kawasan Greenland di utara bumi. Letusan Toba dapat disamakan dengan 2000 kali letusan Gunung Helena atau 20000 kali letusan bom atom Hiroshima.Selubung material dan gas dari gunung itu membuat temperatur muka bumi menurun antara 3 sampai 5 derajat celsius. Dunia pun mengalami musim dingin vulkanik yang sama seperti zaman es. "Itu adalah masa-masa yang sangat berat dan menantang," kata Will Harcourt-Smith, palentolog dari Museum Sejarah Alam Amerika di New York.Sebuah teori dari Stanley H. Ambrose dari Universitas Illinois di Urbana-Champaign Amerika Serikat, menyatakan bahwa populasi manusia yang hidup saat ini berasal dari antara 1.000 sampai 10.000 jiwa manusia yang bertahan hidup dari letusan gunung Toba itu.Bagaimana jadinya bumi ini ketika Gunung Toba yang sedang tertidur itu meletus??